Kehendak Bebas.
Manusia itu pada nyadar gak sih bahwa kita memiliki kehendak bebas ? Selain menciptakan manusia, ternyata Tuhan juga memberi kehendak bebas buat manusia.
SEMUA MANUSIA PUNYA KEHENDAK BEBAS.
Dengan kata lain, bagi gw SEMUA MANUSIA SELALU MEMILIH DALAM HIDUPNYA. Makanya gw selalu benci sama ungkapan " Gw udah gak punya pilihan ". HAH ! Itu kata-kata paling klise kalo menurut gw. Pilihan itu selalu ada. Saat lo ditodong penjahat pake pisau yang menyuruh lo nyerahin harta lo atau kalo gak mau dia bakal nusuk lo, lo dikasih pilihan bukan ? saat lo menyerahkan harta lo, lo gak bisa beralasan " Gw gak punya pilihan lain ". Saat orang terlahirkan dengan kelainan dalam dirinya bahwa ternyata besarnya dia mencintai sesama jenis, dia punya pilihan untuk memilih menuruti kelainannya dia dan menjadi homoseksual atau tidak menuruti kelainan dia dan tetap hidup sebagai heteroseksual. Dan saat dia memilih untuk tetap menjadi heteroseksual, bukan berarti dia menegasi dirinya sendiri, karena dia menggunakan pilihan bebas-nya.
See ? jadi sehubungan dengan kehendak bebas itu manusia akhirnya punya konsekuensi terhadap pilihannya. Semua pilihan punya konsekuensi dan konsekuensi adalah konsekuensi, tidak ada yang baik atau buruk. Baik atau buruk ( sekali lagi ) adalah kesan dari manusia.
Apa yang mau gw sampaikan ? well, gw mau menyatakan bahwa semua orang punya pilihan dalam hidupnya. Jangan takut untuk mengambil pilhan itu. Ketakutan hanyalah kerikil yang bakal ngalangin jalan lo. Jangan takut sama konsekuensi. Menurut gw, dalam hidup kita yang cuma sekali ini jangan sampai kita tidak menggunakan pilihan bebas kita. Tapi ingat, karena semua manusia punya pilihan bebas, maka batasan pilihan bebas kita adalah pilihan bebas ornag lain. Walaupun itu sama saja dengan tidak adanya kebebasan absolut, namun itulah Hukum Alam bahwa manusia dibatasi oleh manusia lain. Yah, wajar lah..kita kan bukan Maha Kuasa kaya Tuhan..haha..
Jadi jangan sampe kita mengucapkan ucapan yang sangat pathetic : " Gw gak punya pilihan ".
Inspired by Jean-Paul Sartre's Existencialism
Posting Komentar